Kegiatan Sekolah Lapang Gempa merupakan wujud peran serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) untuk meningkatkan pemahaman kepada BPBD, TNI, POLRI, SKPD/OPD (Organisasi
Perangkat Daerah), masyarakat dan sekolah mengenai informasi gempabumi dan rantai Peringatan Dini
Tsunami, mengetahui tingkat kesiapan Masyarakat terhadap potensi bencana gempabumi dan tsunami.
Pelaksanaan SLG juga bertujuan untuk menyiapkan pencalonan Desa / Komunitas Masyarakat Desa
sebagai "Desa Siaga Tsunami" atau “Tsunami Ready Community” yang ditetapkan sesuai dengan
Standar
Internasional oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO.
Pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa (SLG) merupakan salah satu implementasi atas peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu;
- Menguatkan peran Stasiun Geofisika Denpasar dalam hal ini sebagai perpanjangan tangan BMKG
Pusat berperan dalam memberikan pemahaman yang benar mengenai mitigasi gempabumi
kepada BPBD Kabupaten.
- Menguatkan peran BPBD Kabupaten sebagai simpul utama rantai komunikasi di daerah dalam
memberikan informasi dan arahan yang benar kepada masyarakat dan SKPD terkait peringatan
dini tsunami.
- Membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah yang berada di
wilayah potensi gempabumi dan tsunami.
- Mempersiapkan Komunitas Masyarakat Desa sebgai bagian dari upaya pengajuan (Tsunami Ready
Community) di level internasional (Indian Ocean Tsunami Ready Community).
Kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) di meliputi 3 kegiatan utama yaitu:
- Pembukaan, (pembukaan, pre test, paparan dan diskusi).
- Diskusi Indikator Tsunami Ready dan Diskusi Identifikasi Kapasitas (finalisasi Tsunami Ready
Community Indicator).
- Pelaksanaan TTX (Tabel Top Exercise, evaluasi, rekomendasi, post test, susur jalur dan
penutupan).
Berikut adalah 12 Indikator Masyarakat Siaga Tsunami berdasarkan (Tsunami Ready Community) di level
internasional (Indian Ocean Tsunami Ready Community).
- Indikator 1: Peta Bahaya Tsunami
- Indikator 2: Data Perkiraan Jumlah Penduduk Beresiko di Wilayah Rawan Gempabumi dan Tsunami
- Indikator 3: Inventaris sumber daya (Infrastruktur, Kebijakan, Ekonomi dan SDM)
- Indikator 4: Peta Evakuasi Tsunami
- Indikator 5: Memiliki papan informasi publik
- Indikator 6 : Distribusi Materi Sosialisasi Pendidikan Dan Kesiapsiagaan
- Indikator 7: Kegiatan Pendidikan Dan Kesiapsiagaan Secara Rutin
- Indikator 8: Simulasi dan Pelatihan minimal 1 kali setahun
- Indikator 9: Rencana Operasi Kedaruratan Desa Kusamba
- Indikator 10: Kapasitas Operasional Tanggap Darurat Tsunami
- Indikator 11: Memiliki peralatan untuk menerima informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami
- Indikator 12: Memiliki peralatan untuk menyebarluaskan informasi gempabumi dan peringatan dini
tsunami
Laporan selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami berikut
yang telah diselenggarakan oleh BMKG Stasiun Geofisika Denpasar sebanyak 5 kali:
- Tahun 2019 di Kabupaten Tabanan, dengan penguatan komunitas desa sekitar Objek Wisata
Tanah Lot.
- Tahun 2021 di Kabupaten Karangasem, dengan penguatan komunitas desa Sengkidu dan desa
Ulakan.
- Tahun 2022 di Kabupaten Badung, dengan penguatan Komunitas Bandara I Gusti Ngurah Rai,
Pelabuhan Benoa dan kawasan wisata ITDC Nusa Dua.
- Tahun 2023 di Kabupaten Buleleng, dengan penguatan komunitas desa Pengastulan.
- Dan Tahun 2024 di Kabupaten Klungkung, dengan penguatan komunitas desa Kusamba dan desa
Kampung Kusamba.